Takisung adalah nama
Nelayan dan petani mengeksploitasi alam untuk keperluan hidupnya. Kawasan pesisir ini menjadi habitat berbagai organisme. Flora yang bisa ditemukan di daerah ini yaitu tanaman bakau, pohon kelapa, tanaman-tanaman berakar tunggang lainnya, dan lain-lain. Sedangkan fauna yang bisa ditemukan di daerah ini adalah ular laut, timpakul, berbagai jenis ikan, dan lain-lain. Berdasarkan sumber pengairannya, sawah dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu sawah beririgasi teknik, sawah lebak, sawah pasang surut, sawah oncoran, dan sawah tadah hujan. Jenis sawah yang bisa ditemukan di daerah ini adalah jenis sawah tadah hujan.
Saat melakukan penelitian didapatkan pH air laut di daerah ini 9 (bersifat basa), tingkat kejernihan air 32cm, kecepatan aliran 1927rpm, dan suhu airnya 25°C. Pesisir juga menjadi wahana bagi manusia untuk beraktivitas dan berekreasi. Masyarakat hidup dari bertani, berkebun, mengumpulkan hasil tangkapan di laut, dan lain-lain. Warga dari daerah lain juga banyak berdatangan ke daerah pantai ini untuk berekreasi, mereka melepaskan rasa lelah mereka bersama keluarga setelah satu minggu sibuk dengan aktivitas mereka. Fakta yang ditemukan di lapangan membuktikan bahwa pesisir telah menjadi habitat yang sangat penting dalam menunjang kehidupan berbagai organisme. Oleh sebab itu, upaya pengelolaan pesisir ini perlu direncanakan dengan seksama.
Pantai Takisung sudah mengalami abrasi yang sangat parah, sehingga tidak jarang saat air laut pasang banyak rumah-rumah warga yang tergenang air. Pembuatan siring dan penanaman mangrove haruslah dilakukan untuk mengurangi terjadinya abrasi yang lebih parah lagi.
Gambar 1. Pantai Takisung yang mengalami abrasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar